Siapa
yang tidak senang ketika mengetahui dirinya berhasil lulus dari perguruan
tinggi ? Apalagi bila lulus dengan nilai IPK yang tinggi. Tapi sayangnya kegembiraan
itu bisa jadi hanya sesaat. Sebabnya sederhana, hal ini disebabkan banyak lulusan kuliah bingung dan gelisah bagaimana
langkah yang harus mereka ambil selanjutnya. Mencari kerja pasti jawaban yang
paling banyak terlontar dari para lulusan tersebut. Tapi sayangnya mencari
kerja tidak semudah yang dibayangkan. Faktanya banyak lulusan perguruan tinggi
baik diploma tiga maupun sarjana yang menganggur karena kesulitan mencari pekerjaan.
Banyaknya
jumlah lulusan perguruan tinggi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan
kerja yang memadai menjadi penyebab utama hal ini Selain itu, persoalan
terbatasnya informasi dan kualifikasi yang kurang memenuhi kompetensi juga
menjadi pemicu utama mengapa penyerapan angkatan kerja, terutama jebolan dari
perguruan tinggi sampai sekarang masih rendah. Tapi bukan karena itu saja, banyaknya
persyaratan yang terkadang berbanding terbalik dengan gaji yang diterima. Hal ini
bisa menyebabkan para lulusan itu merasa minder atau kurang percaya diri dengan
kemampuannya. Seperti contohnya sebuah perusahaan yang mensyaratkan jumlah nilai IPK yang tinggi agar bisa
diterima dalam pekerjaan itu.
Lalu
bagaimana dengan mereka yang lulus dengan IPK yang pas-pasan atau rendah ? apa
mereka tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk bekerja ? tentu sangat
disayangkan bila kemampuan seseorang hanya dinilai dari besarnya nilai IPK yang
mereka dapat. Dan hal inilah yang membuat banyak mahasiswa yang berpikir salah,
banyak mahasiswa yang berpikir dengan mendapatkkan nilai IPK yang tinggi akan
membuat mereka sukses.
Kurangnya
skill atau kemampuan juga menjadi penyebab banyaknya lulusan perguruan tinggi yang
mengganggur. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
1.Kuliah
karena terpaksa
Sudah bukan rahasia lagi, faktanya tidak
sedikiit mahasiswa yang kuliah karena terpaksa. Hali ini yang membuat mereka
cenderung malas atau tidak serius dalam kuliah.
2.Salah
jurusan
Inilah yang banyak dialami oleh mahasiswa, terkadang
jurusan yang mereka pilih tidak sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.
Pihak
perguruan tinggi juga sedikit banyak bertanggung jawab akan hal ini. Mereka
seharusnya mencari tahu struktur kebutuhan pasar tenaga kerja sebagai acuan
bagi pengembanagn kurikulum di perguruan tinggi. Dengan demikian,
sarjana-sarjana yang dihasilkan bisa terserap oleh pasar tenaga kerja yang ada.
Selama ini, pihak perguruan tinggi seolah tidak tahu-menahu dengan struktur
kebutuhan pasar tenaga kerja. Selama ini pula, pihak perguruan tinggi terlalu
beroriantasi akademik ketimbang menghasilkan tenaga profesi yang dibutuhkan
oleh dunia kerja.
Tapi
yang paling penting adalah bagaimana pihak universitas mampu menggalakkan dan
menumbuhkan semangat entrepreneurship di kalangan para mahasiswa
sehingga ketika lulus nanti mereka bisa menjadi orang-orang yang mampu
menciptakan lapangan kerja, bukan tergantung pada pasar tenaga kerja..
Kesimpulannya banyaknya jumlah lulusan perguruan tinggi yang menganggur bukan karena ketidakmampuan seorang lulusan tersebut. Tetapi lebih kepada banyaknya hal-hal yang menjadi pembatas yang sebenarnya bukanlah hal yang bisa dijadikan patokan untuk bisa bekerja. Mulailah merubah pola pikir dan kreatif dalam memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.
Kesimpulannya banyaknya jumlah lulusan perguruan tinggi yang menganggur bukan karena ketidakmampuan seorang lulusan tersebut. Tetapi lebih kepada banyaknya hal-hal yang menjadi pembatas yang sebenarnya bukanlah hal yang bisa dijadikan patokan untuk bisa bekerja. Mulailah merubah pola pikir dan kreatif dalam memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.
Sumber : http://hatesystem.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar