Minggu, 27 Mei 2012

Lulus Bukan Berarti Selesai

Siapa yang tidak senang ketika mengetahui dirinya berhasil lulus dari perguruan tinggi ? Apalagi bila lulus dengan nilai IPK yang tinggi. Tapi sayangnya kegembiraan itu bisa jadi hanya sesaat. Sebabnya sederhana, hal ini disebabkan  banyak lulusan kuliah bingung dan gelisah bagaimana langkah yang harus mereka ambil selanjutnya. Mencari kerja pasti jawaban yang paling banyak terlontar dari para lulusan tersebut. Tapi sayangnya mencari kerja tidak semudah yang dibayangkan. Faktanya banyak lulusan perguruan tinggi baik diploma tiga maupun sarjana yang menganggur  karena kesulitan mencari pekerjaan.

Banyaknya jumlah lulusan perguruan tinggi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan kerja yang memadai menjadi penyebab utama hal ini Selain itu, persoalan terbatasnya informasi dan kualifikasi yang kurang memenuhi kompetensi juga menjadi pemicu utama mengapa penyerapan angkatan kerja, terutama jebolan dari perguruan tinggi sampai sekarang masih rendah. Tapi bukan karena itu saja, banyaknya persyaratan yang terkadang berbanding terbalik dengan gaji yang diterima. Hal ini bisa menyebabkan para lulusan itu merasa minder atau kurang percaya diri dengan kemampuannya. Seperti contohnya sebuah perusahaan yang mensyaratkan  jumlah nilai IPK yang tinggi agar bisa diterima dalam pekerjaan itu.

Lalu bagaimana dengan mereka yang lulus dengan IPK yang pas-pasan atau rendah ? apa mereka tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk bekerja ? tentu sangat disayangkan bila kemampuan seseorang hanya dinilai dari besarnya nilai IPK yang mereka dapat. Dan hal inilah yang membuat banyak mahasiswa yang berpikir salah, banyak mahasiswa yang berpikir dengan mendapatkkan nilai IPK yang tinggi akan membuat mereka sukses.

Kurangnya skill atau kemampuan juga menjadi penyebab  banyaknya lulusan perguruan tinggi yang mengganggur. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti 
1.Kuliah karena terpaksa
Sudah bukan rahasia lagi, faktanya tidak sedikiit mahasiswa yang kuliah karena terpaksa. Hali ini yang membuat mereka cenderung malas atau tidak serius dalam kuliah.
2.Salah jurusan
Inilah yang banyak dialami oleh mahasiswa, terkadang jurusan yang mereka pilih tidak sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

Pihak perguruan tinggi juga sedikit banyak bertanggung jawab akan hal ini. Mereka seharusnya mencari tahu struktur kebutuhan pasar tenaga kerja sebagai acuan bagi pengembanagn kurikulum di perguruan tinggi. Dengan demikian, sarjana-sarjana yang dihasilkan bisa terserap oleh pasar tenaga kerja yang ada. Selama ini, pihak perguruan tinggi seolah tidak tahu-menahu dengan struktur kebutuhan pasar tenaga kerja. Selama ini pula, pihak perguruan tinggi terlalu beroriantasi akademik ketimbang menghasilkan tenaga profesi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Tapi yang paling penting adalah bagaimana pihak universitas mampu menggalakkan dan menumbuhkan semangat entrepreneurship di kalangan para mahasiswa sehingga ketika lulus nanti mereka bisa menjadi orang-orang yang mampu menciptakan lapangan kerja, bukan tergantung pada pasar tenaga kerja..

Kesimpulannya banyaknya jumlah lulusan perguruan tinggi yang menganggur bukan karena ketidakmampuan seorang lulusan tersebut. Tetapi lebih kepada banyaknya hal-hal yang menjadi pembatas yang sebenarnya bukanlah hal yang bisa dijadikan patokan untuk bisa bekerja. Mulailah merubah pola pikir dan kreatif dalam memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.  
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar