Sabtu, 09 Oktober 2010

Sistem Informasi Akuntansi dan Lingkungan Bisnis

        Sistem informasi akuntansi (SIA) merupakan suatu rerangka pengkordinasian sumber
daya (data, meterials, equipment, suppliers, personal, and funds) untuk mengkonversi input berupa data ekonomik menjadi keluaran berupa informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan    suatu  entitas   dan    menyediakan    informasi akuntansi  bagi  pihak-pihak   yang berkepentingan (Wilkinson, 1991). Transaksi memungkinkan perusahaan melakukan operasi, menyelenggarakan arsip dan catatan yang up to date, dan mencerminkan aktivitas organisasi. Transaksi akuntansi merupakan transaksi pertukaran yang mempunyai nilai ekonomis.

Tipe transaksi dasar adalah:
(1) Penjualan produk atau jasa,
(2) Pembelian bahan baku, barang dagangan, jasa, dan aset tetap dari suplier,
(3) Penerimaan kas,
(4) Pengeluaran kas kepada suplier,
(5) Pengeluaran kas gaji karyawan.
Sebagai pengolah transaksi, sistem informasi akuntansi berperan mengatur dan mengoperasionalkan semua aktivitas transaksi perusahaan.

        Tujuan sistem informasi akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan yang dilaksanakan oleh aktivitas yang disebut pemrosesan informasi. Sebagian dari keluaran yang diperlukan oleh pemroses informasi disediakan oleh sistem pemrosesan transaksi, seperti laporan keuangan dari sistem pemrosesan transaksi. Namun sebagian besar diperoleh dari sumber lain, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Pengguna utama pemrosesan transaksi adalah manajer perusahaan. Mereka mempunyai tanggung jawab pokok untuk mengambil keputusan yang berkenaan dengan perencanaan dan pengendalian operasi perusahaan. Pengguna output lainnya adalah para karyawan penting seperti akuntan, insinyur serta pihak luar seperti investor dan kreditor.
        Konsep perancangan sistem seharusnya mencerminkan prinsip-prinsip perusahaan. Berikut
ini dasar-dasar yang perlu diperhatikan dalam prioritas perancangan sistem menurut :

Wilkinson (1993):
           1. Tujuan dalam perencanaan sistem dan usulan proyek seharusnya dicapai untuk
                menghasilkan kemajuan dan kemampuan sistem yang lebih besar.
            2. Mempertimbangkan trade-off yang memadai  antara manfaat    dari  tujuan
                perancangan sistem dengan biaya yang dikeluarkan.
            3. Berfokus pada permintaan fungsional dari sistem.
            4. Melayani berbagai macam tujuan.
            5. Perancangan sistem memperhatikan keberadaan dari pengguna sistem (user).


Sedangkan Barry E. Cushing (1983) mengemukakan bahwa:
          1. Kesesuaian desain sistem dengan tujuan sistem informasi dan organisasi.
          2. Berdasarkan kelayakan ekonomis, berarti sistem memiliki net present value
               positif.
          3. Kelayakan operasional, input dikumpulkan ke sistem dan output-nya dapat
              digunakan.
          4. Kelayakan perilaku, berarti sistem berdampak pada kehidupan kualitas kerja
              users.
          5. Kelayakan teknis, ketersediaan teknologi untuk mendukung sistem serta teknologi
              mudah diperoleh atau dikembangkan.
          6. Disesuaikan dengan kebutuhan informasi users.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar